Selasa, 20 Juli 2010

Cerita Minggu ke-2 dalam merangkai butiran impian di Bangsal Anak

Seperti biasa setiap pagi menjumpai wajah-wajah pasien yang lucu tetapi tetap tidak bisa disembunyikan rasa sakit yang di derita mereka. Pertama melangkah untuk merangkai butiran impian kali ini diawali dengan mengumpulkan butiran-butiran yang berserakan di bangsal anak. Kutatap wajah yang hitam namun ada secercah semangat hidup yang selalu dimilikinya, walau semangatnya harus didapat dengan transfusi darah setiap bulannya. Entah kekuatan apa yang ia miliki untuk tetap bertahan merasakan sakit yang diberikan oleh Sang Pemilik Cinta. Maka nikmat Tuhanmu yang mana yang kamu dustakan ??

Kulangkahkan kaki tuk memasuki ruangan berikutnya dan merangkai butiran impian lainnya, kuhampiri bayi mungil, kulihat wajah tanpa dosa harus menderita penyakit ITP entah pikiran apa yang tiba-tiba ada dikepala dokter muda ketika melihat pasangan muda yang mendampingi anak pertamanya yang masih berusia 60 hari , entah kenapa terlintas factor predisposisi yang harus diderita si anak kecil ini ketika melihat tato besar yang melukis kulit bapak muda itu. Tiba-tiba terlintas kecurigaan dengan penyakit yang mematikan dengan melihat bapak muda itu yang setia berada di samping bayi mungil itu. Kenapa cepat dikepala ini terpikir ,apakah mungkin si bapak membawa virus HIV dan menyebabkan si anak menderita ITP.. entahlah kenapa ada dikepalaku pikiran seperti itu. 

Esok hari dengan kesetianku mengumpulkan butiran impian ku temui wajah-wajah mungil di ruangan bangsal yang berisi penuh sesak, penuh infeksi nosokomial atau mungkin pasien yang dirawat disana diagnosa bertambah menjadi bronchopneumonia. Tapi beginilah Indonesia. 

Telingaku kemudian mengarah ke arah suara lantunan ayat cintaNya dibacakan di ruangan bangsal yang penuh sesak. Dan lagi-lagi Dia memberikan pelajaran berharga untuk hamba yang lemah ini. Taukah teman-teman siapakah yang membacakan ayat cintaNya dipagi hari saat yang lain masih sibuk dengan aktivasnya masing-masing?? Ternyata suara itu berasal dari si bapak muda yang kemaren sempat kupikirkan kecurigaanku akan perilakunya yang bebas dan beresiko dengan virus mematikan dan hal-hal yang di benci oleh ALLAH.. Tapi ternyata kecurigaanku salah,, ternyata tato besar yang melukis tubuh bapak itu bukan berarti orang itu jauh dari cintaNya. Ternyata hidayah didapatkan olehnya..Subhanallah. Aku iri ketika dia membaca ALQuran di samping bayi mungil itu, akhirnya ku mengetahui berapa besar kasih sayang seorang ayah kepada anaknya. Dan satu pelajaran berharga saat itu adalah jangan pernah menilai seseorang dari penampilan luarnya. Tapi berprasangka baiklah kepada orang lain. Dan dengan sakit itu lah ALLAH ingin hambaNya lebih dekat kepadaNya. Alhamdulillah ALLAH mengingatkan Ni. 

Bandar Lampung, 7 Syaban 1431 H

1 komentar: